Friday, December 28, 2012

On The Way Home

Here comes the motion!


On The Way Home from Aditya Darmawan on Vimeo.

A 'coming home' journey to find peace and feels-like-home feeling. An hour and a half walking finding a place called home. Enjoy!

Video ini merupakan versi visual dari postingan sebelumnya. Nah, seperti yang saya bilang di postingan sebelumnya, saya nggak banyak memotret. Tapi sebenarnya saya 'sibuk' mendokumentasikan perjalanannya via gambar bergerak.

Tentunya dibandingkan karya-karya videographer serius macam Giri Prasetya ini tidak ada apa-apanya, tapi karya-karya beliaulah yang menginspirasi saya.

Cuma kegiatan iseng untuk meramaikan promosi negeri paling indah ini pada dunia.

Special thanks buat Bramas Firmandi (@bramas_firmandi) yang sudah mau saya jadikan objek berjalan di projek dadakan kali ini.

Thursday, December 27, 2012

Setengah Telanjang di Tengah Hutan

Berawal dari gatalnya kaki ingin melangkah dan ajakan dari seorang teman. Beberapa hari yang lalu saya blusukan ke tengah hutan. Perjalanan iseng kali ini bersifat 'fun-trekking'.

Berjarak cuma sekitar satu jam perjalanan dari Surabaya, kami berangkat pagi-pagi sekali. Pukul enam pagi kami berangkat dari rumah.

Menuju kaki Gunung Arjuna-Welirang dengan hanya berbekal beberapa bungkus roti dan beberapa botol air mineral selama pendakian.

Sebenarnya kami tidak menuju Gunung Welirang, karena memang hanya ingin jalan santai. Tujuan kami mengarah ke Air Terjun Alap-alap.

Dengan kaos, celana pendek kargo, dan sepatu trekking, penjelajahan dimulai. Teman saya menyarankan tidak perlu membawa kamera, tapi saya tetap membawanya.

Karena kali ini medannya menembus hutan, jadi saya membawa peralatan seadanya. Kamera dan tripod dengan tas selempang dilengkapi rain cover.

Dengan jalur trekking yang tidak begitu sulit, tetapi penuh dengan bebatuan besar mengharuskan kami sedikit melakukan manuver.

Tiba-tiba saja..

"krek.."

Suara itu timbul ketika saya mencoba melewati pohon besar yang jatuh melintang.

Saya menoleh kebawah. Terlihat pangkal paha saya terbuka.

Yap. Celana saya sobek. Dari ujung retsleting sampai hampir ke paha. Dan saya langsung muram. Karena itu celana kesayangan yang biasa dipakai trekking dan jalan-jalan santai. Karena celana itu nggak murah. Hemp.

Memang.. Bentuk badan saya sedikit berbeda dengan orang kebanyakan. Terkadang untuk hal-hal seperti ini dibutuhkan anggaran khusus untuk sebuah outfit outdoor, dan untuk faktor kenyamanan. Haha. :|

Baru setengah perjalanan dan saya masih dongkol. Semriwing merasakan semilir angin yang masuk lewat sobekan celana menuju bagian-bagian terlarang.

Karena banyak pohon melintang, adegan meloncat dan melewati pohon besar terulang lagi. Begitu juga makin sering terdengar suara-suara "krek" yg lain.

Saya menghela nafas, sambil pasrah merelakan celana kesayangan yang belahannya hampir bersaing dengan rok-rok pramugari maskapai penerbangan.

Setengah telanjang saya mengarungi hutan tersebut. Untungnya tidak sering berpapasan dengan trekker lain.
Satu jam kemudian, dengan sedikit berputar-putar dan tersesat karena lupa jalan. Akhirnya kami sampai.

Air Terjun Alap-alap.
Alap-alap berasal dari nama burung pemangsa, adalah nama lain burung Elang Jawa.
Air terjun ini disebut begitu karena konon katanya di sekitaran air terjun ini dulunya banyak terdapat habitat Elang Jawa.
Air terjun yang lebih mirip pancuran ini terpampang megah di depan kami.
Saya kemudian mencari tempat duduk untuk mengistirahatkan kaki dan sedikit meratapi nasib celana saya.

Karena tempatnya yang tidak mudah dijangkau, Air Terjun tersebut tidak begitu ramai. Hanya ada kami dan beberapa orang di bebatuan bawah yang sedang duduk mengobrol diantara batu-batu raksasa itu.

Pagi itu langit sedang mendung, tapi untungnya saya masih bisa mendapat gambar yang lumayan. Karena tidak berapa lama, langit semakin gelap. Tanda hujan akan datang.

Kami segera bergegas meninggalkan tempat, ketika kami akan pergi, beberapa anak muda datang bergerombol. Mereka langsung saja membuka baju dan mandi disana.

Saat kami kembali turun, sambil menyapa para pendaki di bebatuan tadi, kami bertukar cerita.
Terdengar kabar bahwa beberapa bulan yang lalu ada serombongan anak-anak SMA yang sedang mandi di air terjun tersebut dan salah satu temannya tergelincir di antara bebatuan raksasa itu dan terjatuh hingga akhirnya nyawanya tidak terselamatkan.

Kejadian tersebut meninggalkan pesan, bahwa kita tetap harus berhati-hati dan tidak banyak bercanda berlebihan di tempat-tempat seperti ini.

Setelah sampai di bawah, kami beristirahat di warung, memesan semangkok mie instan sebagai ganti energi yang terbuang selama pendakian sambil menikmati suasana asri kaki gunung dengan dikelilingi barisan pohon pinus yang menemani makan siang kami.

Dan adegan makan siang itu mengakhiri perjalanan singkat yang 'membekas' tersebut.

Nasib celana saya. :(
NB:
Di perjalanan kali ini saya tidak banyak memotret. Karena merasa ribet harus memasukkan dan mengeluarkan kamera DSLR dari dalam tas, juga karena medannya yang lumayan berat jadi saya menganut ungkapan "save the best for the last". Selain demi keamanan dan keselamatan kamera saya juga. Huehehe.

Thursday, November 29, 2012

Catatan Perjalanan : Semalam Di Perbatasan

Purnama yang enggan beranjak. Sarangan.
Februari 2012.

Malam itu di kampus biru. Institut Teknologi Sepuluh November. Mantan kampus saya yang penuh kenangan. Entah bagaimana awalnya saya bisa berada di kampus tersebut, malam itu.

Adalah Bram, sahabat saya bertualang yang waktu itu sedang gundah gulana -karena entah masalah apa, saya lupa-, dia secara tiba-tiba mengeluarkan sebuah kalimat.

"Bromo yuk!", kata Bram.
"Malam ini?", saya menimpali.
"Masa tahun depan..", ujarnya setengah sewot.
"Boleh.. Tapi, bosen ah. Em, Bali? Atau Bandung? Kita jenguk Amel!", saya memberi ide baru, sekalian mengunjungi teman masa SMA kami, yang lama tidak pulang karena sekarang kerja disana.
"Boleh sih, tapi entahlah, rasanya aneh. Ambil yang medium aja. Sarangan?? Kan ente belum pernah tuh", katanya sambil melontarkan tantangan balik.

Singkat kata, malam itu kami berangkat ke Danau Sarangan.

Setelah melengkapi perbekalan dan peralatan, berangkatlah kami memacu Tigi. Ya, Tigi selalu diandalkan mengarungi perjalanan impulsif kami di malam hari. Dengan perkiraan kami akan sampai dalam waktu 5 jam. Seingat saya kami berangkat pukul 11.00 malam.

Di tengah jalan, kami berhenti sejenak untuk mencari makan. Kami berdua berangkat dalam kondisi perut kosong. Jadilah kami berhenti di sebuah warung nasi pinggir jalan, warung ini sudah mendekati daerah tujuan.  Sembari kami menunggu makanan dimasak, tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak paruh baya yang menanyakan tujuan pada si pemilik warung. Beliau menanyakan arah tujuan.

Saya tidak begitu mengerti, intinya bapak itu menanyakan apakah benar jalan ini menuju ke arah barat. Sebenarnya beliau menyebutkan nama suatu tempat , saya lupa, yang saya ingat waktu itu, Bram ikut membantu bapak paruh baya tersebut untuk memberi petunjuk ke tempat yang dituju, karena dia tahu daerah itu.

Nah, satu hal yang membuat saya takjub adalah ketika Bram iseng-iseng bertanya kemana tujuan bapak itu. Dengan entengnya beliau menjawab akan menuju Pulau Sumatera. Sambil menata kembali konsentrasi saya, saya dengan spontan mengulangi apa yg dikatakan bapak tersebut, " Sumatera, pak?".

Beliau hanya tersenyum. Saya memandangi kendaraannya yang seadanya, sebuah motor bebek yang kalau tidak salah keluaran tahun 90an, dengan plat nomor belakang sedikit miring karena salah satu bautnya sudah hilang. Beliau yang hanya memakai jaket kulit, celana kain, dan sandal ala bapak-bapak yang amat sangat tidak mencerminkan outfit untuk menjelajahi jalanan. Jangankan antar pulau, antar kota pun tidak. Dandanan beliau hanya seperti ketika ingin pergi ke suatu tempat yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Tidak lama setelah bapak itu pergi, pesanan kami datang. Kami segera menghabiskan apa yang kami pesan, setelah itu bergegas melanjutkan perjalanan sebelum matahari menampakkan wujudnya, karena waktu itu kami bertekad menikmati munculnya matahari di dataran tinggi tempat danau itu berada.

Dua jam kemudian kami sampai di dataran tinggi tersebut. Memang bukan di danaunya, karena danau itu berada di tengah-tengah dinding-dinding pegunungan, jadi kami mencari spot yang asik untuk duduk dan memandangi matahari tersebut. Sewaktu kami sampai, bahkan kami masih bisa memandangi indahnya bulan purnama malam itu (foto di awal postingan adalah foto bulan ketika kami datang dan matahari belum nampak).

Sang surya menampakkan dirinya malu-malu.

Dan sampailah kami, menanti pertunjukkan pagi, kemunculan sang surya. Sejenak kami terdiam, menunggu penguasa siang menampakkan wajahnya.

Ketika pertunjukkan berakhir, kami melanjutkan perjalanan.

Akhirnya sampailah kami di tepi danau. Karena berniat untuk bermalam, kami segera mencari penginapan, karna memang datang dengan low budget, kami mencari tempat bermalam yang nyaman dan murah.

Kilatan senja yang menyambut ketika keluar dari pintu kamar.
Kami mendapatkan tempat menginap. Setelah beristirahat sejenak kami berencana untuk melanjutkan perjalanan.

Karena lokasi Sarangan berada di lereng Gunung Lawu yaitu perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan tidak jauh dari sini terdapat Air Terjun Grojogan Sewu.

Sisi impulsif kami muncul. Sempat terlintas untuk menyapa kota Solo yang tidak jauh dari tempat kami menginap. Bahkan sempat terpikir kami akan melanjutkan perjalanan ke kota Yogyakarta siang itu.

Setelah berganti pakaian kami berangkat. Kali ini kami memakai celana pendek dan kaos untuk menjelajahi provinsi sebelah.

Ya, ini lereng Gunung Lawu, dan tentunya tempatnya 'sejuk'. Bertandang ke lereng gunung dengan hanya bermodal celana pendek dan kaos saja tidak kami sarankan untuk teman-teman. Karena ternyata, di daerah lereng gunung terkadang terjadi fenomena alam yang datang tiba-tiba, yang biasa disebut hujan.

Untungnya hujan siang itu tidak terlalu deras, hanya gerimis, tetapi angin yang bertiup cukup membuat kami berdua berpelukan di atas motor dengan mesranya. Haha

Berpose di depan pintu masuk jalur pendakian Gunung Lawu.
Sesampainya di area Air Terjun Grojogan Sewu, kami harus menuruni beberapa anak tangga untuk mencapai air terjun tersebut. Air terjun setinggi 80 meter tersebut sedang ramai, meskipun bukan hari libur. Beberapa kumpulan anak muda sedang bermain-main disana, adapun beberapa keluarga yang siang itu sedang menikmati suasana air terjun sambil berfoto disana sini.

Bram dibawah guyuran Grojogan Sewu.
Saat itu saya tidak berani lebih dekat lagi, alasannya karena saya khawatir dengan kamera saya. Karena tidak weather sealed, jadi saya tetap menjaga jarak. Sempat saya mendekat, dan sedikit percikan air membasahi kamera saya, niatnya untuk mengambil pemandangan tersebut dalam slow speed, akan tetapi saya mengurungkan niat tersebut.

Selain karena banyaknya orang yang sedang bermain disana-sini, yang akan memenuhi frame saya dengan gambar-gambar mereka selagi mengambil gambar air terjun, saya khawatir akan terpeleset, karena waktu itu sepatu saya bukan sepatu trekking. Mau dilepas kok nanti ribet, jadinya ya saya pake aja.. Hehe

Satu jam lebih kami berada di air terjun tersebut. Setelah Bram puas bermain air demi menghilangkan gundah gulananya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Ketika hendak akan berjalan, hujan rintik kembali turun. Dan setelah pemikiran panjang, karena kami tidak membawa mantel hujan, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Merelakan Yogyakarta dan Solo untuk tidak kami singgahi hari ini. 

Pukul 4 sore kami sampai lagi di penginapan. Keadaan langit sore itu masih cerah, karena sedikit lelah saya memutuskan mengambil pemandangan Telaga Sarangan keesokan paginya.

Bram ber-levitasi.
Ditengah perjalanan pulang ke penginapan, ketika langit kembali cerah kami sempat beristirahat sejenak sambil memandangi hamparan sawah yang menenangkan.

Hamparan sawah dalam balutan miniature effect.
Alam hijau di tengah perjalanan kami kembali ke penginapan.
Keesokan paginya ketika hendak mengambil gambar danau, cuaca tidak bersahabat. Langit mendung, dan gelap, padahal sudah jam tujuh pagi. Saya menunggu sampai jam delapan, langit tak kunjung cerah, akhirnya saya memutuskan untuk pulang, tanpa harus mengabadikan danau tersebut. Dalam hati saya berkata, danau ini tidak akan kemana-mana. Saya akan kembali lagi nanti.

Setelah mengecek kondisi Tigi yang harusnya waktunya servis di bengkel dekat penginapan, kami melanjutkan perjalanan pulang. Berdoa agar Tigi baik-baik saja. :)

Bram dengan jurus 'ka-me-ha-me-ha'-nya.

Saya dan matahari dengan baju zirah andalan :p

Pemandangan siang hari di depan kamar penginapan.

Masih di depan kamar, dengan sedikit menoleh ke kanan.

Bram dengan background lukisan Sang Maha Pencipta.
NB:
Postingan ini hampir dua minggu mengendap di dalam draft, karena akhir-akhir ini lebih sibuk dengan tugas kuliah. Sore ini ketika saya tidak sengaja blogwalking ke tempat arma, dia lagi ngadain kuis karena blognya udah 2 tahun mengudara. Nah, tiba-tiba saya inget tentang postingan ini. Akhirnya saya lanjutkan dan saya ikutkan ke kuis tersebut. Iseng aja. Hehe
Buat temen-temen yang mau ikutan, coba langsung aja main ke tempat arma untuk ngecek lebih lanjut tentang kuis tersebut.

“Catatan Perjalanan: Popcorn’s 2nd Anniversary” 
Salah satu syarat wajib, harus masang banner ini :p

Wednesday, November 21, 2012

5cm Movie Trailer

Holaa!

Siang ini saya cuma mau quick update aja. Share ke temen-temen tentang trailer 5cm The Movie. Film yang di angkat dari novel best-seller karya mas Dhonny Dirgantoro.

The Poster.
- source -

Masih ingat sama Arial, Zafran, Ian, Genta, dan Riani? Tentunya para pembaca novel 5cm nggak bakalan lupa sama lima karakter diatas.

Sedikit cerita tentang pengalaman saya dengan novel ini..

Siang itu saya sedang ada di toko buku, sekitar jaman saya masih SMA, saya lihat novel ini di jajaran tumpukan novel berlabel best-seller. Saya bukan penikmat novel sebelumnya, akan tetapi waktu saya melihatnya, ntah apa yang menarik saya untuk mengambilnya dan membawanya pulang. Saya cuma berpikir, "Ah, novel ini ada di area best-seller, pasti bagus.", karena siang itu saya ke toko buku lagi kepingin cari sesuatu yang bisa di baca.

Singkat kata, setelah saya baca-baca dan saya menuntaskan satu novel yang menurut saya lumayan tebal, karena saya jaman-jaman itu masih bersahabat dengan komik, saya merasa novel ini 'cocok' dengan saya. Saya suka pemikiran dan jalan ceritanya, dan novel ini jugalah yang menginspirasi saya sampai sekarang. Mencintai Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Well, itu pendapat singkat saya tentang novel tersebut. Nah, saya seneng banget waktu denger kabar kalau novel ini mau di-film-kan. Pasti akan menggugah memori saya waktu jaman-jaman sekolah dahulu. Membayangkan apa yang diimajinasikan saat itu menjadi sebuah pertunjukkan nyata.

Satu hal yang saya harap, biasanya film-film berbasis novel akan mengalami sedikit perubahan. Semoga di film ini tidak mengalami banyak perubahan cerita dari novelnya. Karena jujur, ekspektasi saya tinggi sekali pada film ini. Semoga mas Rizal Mantovani nggak mengecewakan kami, para pembaca dan pencinta novel, mungkin juga untuk teman-teman pendaki yang juga suka dengan novel ini.

So, here we go..


Para pemain :
Fedi Nuril
Herjunot Ali
Igor 'Saykoji'
Denny Sumargo
Raline Shah
Pevita Pearce
Sutradara :
Rizal Mantovani
Film ini bakal diputer di bioskop di tanggal 12-12-2012. Tanggal bagus, ntah apa yg mendasari pemilihan tanggal tersebut. Apakah sekedar karena tanggal itu seragam? Ataukah ada maksud lain? Ah, saya tidak terlalu mempermasalahkannya, dan saya tidak terlalu peduli. :)

Monday, November 19, 2012

Mimpi Itu...

Sore ini hujan tiba-tiba menyapa saya di kota kelahiran. Saya sedang duduk di ruang tamu sambil ditemani secangkir kopi yang baru saja habis. Serbuan petrichor juga menambah suasana sore ini semakin romantis. Saya jadi ingat pacar saya.. Emm, maaf ya para jomblo. Haha *kalem*

Karena sedang tidak banyak pekerjaan, sore ini saya menghabiskan waktu dengan blogwalking sambil menelusuri beberapa travel blog teman-teman. Ketika sampai pada satu blog yang berjudul lostpacker, tiba-tiba saya sampai pada satu postingan tentang perjalanan yang punya blog jalan-jalan naik motor seorang diri.

Tigi in Memorial :')
Mengingatkan saya  tentang perjalanan-perjalanan saya dengan sahabat setia saya, Tigi, yang sudah beberapa bulan terakhir ini sudah tidak mendampingi saya lagi. Tigi adalah panggilan saya untuk motor kesayangan saya, Honda Tiger keluaran tahun 2009. Motor bermata sipit ini menjadi partner setia saya kemana-mana.

Pulau Bali, Magetan, Malang, Bromo, dan beberapa sudut lain Jawa Timur yang saya pernah singgahi tapi lupa. Hehe

Saya punya cita-cita, suatu saat nanti saya akan mengelilingi negeri ini dengan bersepeda. Rencana jangka pendek sih saya ingin Pulau Jawa dulu. Sudut-sudut Pulau Jawa yang tak terjamah, bakal saya jelajahi naik sepeda motor.

Anyway, ada yang pernah denger tentang Ring of Fire Adenture nggak?
The Ring of Fire Adventure adalah perjalanan seorang ayah dan anak-anaknya, di seluruh Indonesia pada misi untuk menampilkan keajaiban, keindahan, dan realitas negara yang kita sebut rumah. Ekspedisi kami dengan sepeda motor akan memungkinkan kita untuk menjelajahi hamparan tujuan wisata populer untuk mengungkapkan warna sejati Indonesia, mencapai dalam akar dari hutan hujan, benih-benih sawah, puncak gunung, tepi pantai, dan jantung desa dan menjadi satu dengan orang-orang. Kami berada di sebuah misi untuk mengeksplorasi Indonesia dari dalam ke luar. Terdiri dari 5 off-road sepeda motor dan 2 dukungan mobil yang dilengkapi dengan perangkat komunikasi dan teknologi satelit yang akan memfasilitasi percakapan antara kendaraan, navigasi sepanjang perjalanan, siaran serta hidup dan konferensi video pada perkembangan ekspedisi.  
- sumber -
Nah, itu deskripsi singkat tentang mereka. Saya kagum banget sama visi bapak Youk Tanzil, yang merasa bertanggung jawab sebelum masanya tiba untuk memberikan, meninggalkan, mewariskan tentang bangsanya pada anak-anaknya. Saya salut banget. Dibawah ini video perjalanan mereka pada Stage 2.

Video perjalanan mereka yang di upload di Vimeo

Satu hal lagi yang keren adalah, Mas Giri Prasetya turut serta dalam proses pembuatan video tersebut. Mas Giri adalah salah satu idola saya, orang yang meracuni saya untuk terjun di dunia videografi. Sebelumnya memang saya sudah berkutat dalam dunia Fotografi lebih dahulu. Temen-temen bisa search di google tentang kiprahnya di dunia videografi tentang Indonesia.

Dalam postingan awal blog ini ada beberapa video yang saya bikin sendiri, yang memang terinspirasi dari Mas Giri. Beliau yang bertanggung jawab telah meracuni dan memprovokasi saya secara tidak langsung. Saya selalu suka karya-karya beliau, selalu membuat saya iri dan membuat semangat berkarya.

Jadi sampai detik ini cita-cita itu masih ada, saya akan berkeliling Indonesia dengan kuda besi andalan menyusuri sudut-sudut negeri ini. Saya menyebutnya Bikepacking (istilah saya sendiri, ntah sudah ada yang menggunakannya atau belum). Doakan saja ya teman-teman! Amin. 

Kelak saya akan meracuni kalian untuk melakukan hal yang sama! Siap-siap ya menerima racun dari saya! :)

Sunday, November 18, 2012

Menyelam di Ibukota

Selamat pagi teman-teman traveler! :)
Long weekend kemana aja kalian? Kalau saya sedang di rumah saja. Sementara adik saya camping di pantai, pacar saya menghilang di gua. 

Awalnya memang direncanakan long weekend kali ini mau ke Karimun Jawa sama mantan temen-temen kerja. Tapi beberapa saat yang lalu ada kabar kalau di tanggal ini ombak lagi tinggi, jadinya semua tur kesana jadinya nggak pasti, jadinya nggak tentu. 

Nah.. Dongkolnya, kemarin saya cek di beberapa website Tour Organizer dari KJ, ternyata ada yang akhirnya ngadain trip long weekend ini. Jadi ya, saya gigit jari aja di rumah..

Anyway, pagi ini mau cerita tentang pengalaman saya Try Scuba Diving di Jakarta beberapa minggu yang lalu. Jadi, acara ini adalah mengenalkan orang-orang ke olahraga Scuba Diving. Sebenernya ini adalah acara rutin setiap sabtu dan minggu pagi yang diadakan minggu pertama dan ketiga setiap bulannya.

selebaran yang nempel di dinding :)
Menjembatani mahal dan ribetnya olahraga ini, dengan biaya yang menurut saya murah. Cuma dengan 150 ribu, sudah bisa pake BCD, regulator, dapet sewaan fin, google, tanki 200 bar, termasuk wetsuit dan lain-lain meskipun cuma di kolam renang aja. Untuk sewa alat aja, biasanya minimal butuh biaya 500 ribu-an lebih. Nah, jadi bisa dibayangkan kan, betapa baik hatinya para pencetus kegiatan ini? :D

Kegiatan ini diselenggarakan sama Global Dive Centre yang sepertinya mereka kerjasama bareng DiveMag Indonesia, karena waktu itu saya daftar lewat DiveMag via akun twitter mereka @divemag_indo. Actually, saya nitip daftar ke teman saya yang sedang ada di Jakarta, Bram.

Sebenernya saya udah lama kepengen banget diving, karena saya belum punya lisensi, dan sementara ini kalau ambil lisensi butuh waktu dan dana, sedangkan waktu dan dana belum bersahabat. Jadi, saya senang banget bisa ikut acara ini. Dan, saking semangatnya saya langsung nyambung sama semua kata instrukturnya.

Walaupun saya renangnya nggak jago-jago amat, bahkan bisa dibilang saya lupa cara berenang. Saya jarang sekali nyemplung kolam, jadi bisa dibilang saya nggak bisa berenang. Toh, tapi saya nekat aja. Karena di awal saya berkeyakinan, bisa diving nggak harus bisa berenang. Dan, 'prinsip' saya tersebut ternyata 'didukung' sama orang-orang Global Dive bahwa memang kalau diving nggak harus bisa berenang, akan tetapi alangkah baiknya kalau bisa. Jadi, saya nanti bakal belajar renang lagi, karena untuk mendukung kegiatan ini. Selain untuk skill  pribadi. Hehe. 

foto-foto selama ngikutin Try Scuba, yang motoin si Bram :)

Mencoba olahraga ini sebenarnya butuh mental yang kuat, yang cukup berani untuk ketenangan diri di dalam air. Seperti yang saya bilang diatas, saya nggak bisa renang, tapi saya nekat. Secara mental saya siap, karena memang ngebet banget nyobain.

Seperti kata instruktur saya waktu itu, Mas Rahman, intinya adalah ketenangan di dalam air dan nggak gampang panik. Waktu saya ngikutin kegiatan ini, saya bareng sama satu orang lagi, namanya Yana, dan setelah kenalan kami sedikit bercerita. Dia cerita kalau mau langsung ambil sertifikasi di Bali minggu depannya. Ya, pernyataannya membuat saya iri. Waktu dia nanya saya kapan, saya cuman nyengir aja. Si Yana ini juga kaget waktu saya bilang saya nggak bisa renang. Hehe.

Pada dasarnya kegiatan ini ngajarin basic tentang menyelam juga. Contohnya seperti pengetahuan dasar tentang alat-alat selam, cara memasang, cara membongkar, sedikit skill tentang bagaimana cara membersihkan google ketika di dalam air, isyarat tangan, dan lain-lain. Menurut saya sih, itu udah lebih dari cukup buat pengetahuan dasar untuk saya ambil sertifikasi nanti.

Saya sebenernya udah nafsu banget kepengen cepet-cepet sertifikasi, kemarin waktu 'test' beberapa underwater skill saya bisa. Hehe. Bukan nyombong sih, tapi, temen saya si Yana bahkan nggak berani nyoba waktu di suruh nyobain mask skill ( ngebersihin google yang beruap ). Intinya adalah yang harusnya ambil sertifikasi minggu depan itu saya. Saya! Harusnya saya! Hahaha *dilempar tank oxygen ama Yana, kalo dia baca*

pesan damai dari pinggir kolam :D
Jadi, buat temen-temen yang lagi ada di Jakarta dan kepengen nyobain kegiatan ini, silahkan langsung aja hubungin DiveMag Indonesia atau Global Dive buat daftar untuk ikutan acara ini. Saya jamin kegiatan ini adalah jawaban buat kalian-kalian yang masih belum punya cukup duit ( seperti saya ) untuk sertifikasi atau sudah punya duit tapi pengen nyobain dulu gimana sih rasanya menyelam pake alat selam lengkap, juga yang iseng-iseng nggak ada kegiatan di hari sabtu dan minggu pagi.

Oiya, acara ini diadain di Gedung Kolam Renang Senayan. Karena saya berdomisili di Surabaya, sekarang saya lagi cari apakah di Surabaya ada juga kegiatan kaya gini. Soalnya saya ketagihan, dan sambil nabung sebelum duit untuk sertifikasi kekumpul. Sertifikasi nggak murah, men! (untuk kantong mahasiswa semester akhir seperti saya) :p

Nah, saya mau nabung dulu sekalian berimajinasi nanti bakal bertemu Ikan Paus, Ikan Hiu, Ikan Pari, dan semua para penghuni-penghuni dasar laut Indonesia. Sebut saja Raja Ampat, Wakatobi, Bunaken, Bali, Lombok, dan sudut-sudut lain negeri ini yang memang bakal saya singgahi suatu hari nanti.

Beberapa Contact Person yang bisa dihubungi kalau temen-temen mau ikutan kegiatan ini juga :
- Twitter DiveMag Indo : @divemag_indo
- Email Global Dive : info_globaldive@yahoo.com 
- Nomer telepon dan Email marketing Global Dive
Mbak Jey 0899 9956 788 globaldivemarketing@yahoo.co.id


Sunday, October 14, 2012

Bali in 54 hours

Suatu siang di Jimbaran

Perjalanan saya ke pulau Bali kali ini terjadi di tahun 2011, dengan mengendarai sepeda motor dari Surabaya. Memang ini bukan pertama kalinya bagi sayaNamun, pengalaman ini menjadi menarik karena   saya berada di Bali hanya dalam waktu 54 jam, bersama teman saya, Bram. 


Banyak hal yang berkesan bagi saya di balik pengalaman ini sebenarnya yang akan saya ceritakan disini..


Jadi, tours organizer kecil-kecilan yang saya bikin bersama teman-teman yang pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya dapat kerjaan lagi. Kali ini, klien kami adalah mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh November.

Meet Tigi!
Foto diambil taun 2012 di Tawangmangu
Seperti biasa, mahasiswa selalu menggunakan prinsip ekonomi dengan tingkat efisiensi tinggi, sekalipun mereka 'jurusan bengkel', yaitu pengorbanan sekecil-kecilnya, dengan manfaat sebesar-besarnya. No offense guys.. :D

Karena kami TO yang fleksibel, kami berusaha sebisa mungkin memenuhi apa mau mereka, jadilah kesepakatan tentang tujuan dan lain-lain baru bisa di sepakati pada H-14. Terus terang bagi kami itu waktu yang singkat, apalagi anggota di TO kami hanya empat orang.

Saat itu, keadaan sedikit tidak memungkinkan. Dari semua personel yg cuma bisa berangkat mendampingi mereka di hari H cuma saya. Padahal, untuk saat-saat seperti ini kami butuh minimal dua orang untuk mendampingi mahasiswa yang nggak mau rugi tadi itu.

Alhasil, karena deal yang mepet, kami jadi nggak punya banyak waktu untuk survei tempat. Sempat terpikir untuk gambling tanpa survei. Soalnya keadaan waktu itu complicated sekali. Beberapa anggota lain sedang sibuk mengurus skripsinya, karena mereka adalah mahasiswa tingkat akhir. Beda dengan saya yang waktu itu baru mahasiswa semester pertengahan.

Jimbaran. Pinggir pantai sob.. :p
Singkat cerita, survei akhirnya sepakat di lakukan pada H-3 keberangkatan. Dengan waktu yang mepet dan kenekadan, akhirnya kami berangkat survei. Waktunya agak sedikit molor karena malam sebelumnya Bram nggak tidur karena mengerjakan skripsinya yang agak bermasalah. Saya juga baru pulang kerja part-time. Akhirnya, survei mundur sehari.

Akhirnya kami berangkat pagi berikutnya. Kami memilih kendaraan roda dua untuk menjelajahi Pulau Dewata. Memang ini bukan perjalanan saya yang pertama menuju Pulau Dewata dengan dua roda. Pertimbangannya karena bisa menghemat waktu dan mobilitas tinggi, sebab tujuan yang dituju hampir mencakup 70 persen wilayah Pulau Dewata.

Pada pukul 03.00 kami berangkat dari Surabaya. Akibat kondisi badan kami yang memang tidak benar-benar fit, di daerah Pasuruan kami memutuskan untuk berhenti. Selain untuk sholat subuh, juga istirahat sebentar. Dua jam memejamkan mata ternyata cukup memberi tenaga bagi kami untuk terus melanjutkan survei sampai daerah Paiton.

Kami berhenti sebentar di salah satu rumah makan yang lusa bakal dipersiapkan untuk lokasi makan malam rombongan sebelum menyeberang ke Bali. Kami mengurus administrasi dan lain-lain, kemudian melanjutkan perjalanan.

Sampai di Ketapang, beruntungnya kami nggak harus mengantri. Langsung saja masuk ke dek ferry seperti biasa, dan mencari tempat duduk di lantai atas. Dewi Fortuna masih berpihak, ferry yg kami naiki ternyata ada fasilitas ruangan ber-AC, yang tentunya nggak kami sia-siakan begitu saja.

Kalau nggak salah jam 12 kami berlabuh di Gilimanuk, lalu berhenti sejenak menyempatkan diri menghadap Bos Jagad Raya. Setelah itu kami memacu Tigi (rekan seperjalanan yang kami tumpangi) sampai Denpasar.

Sekitar jam 3 kami sampai di Denpasar. Kami langsung mencari hotel yang sebelumnya sudah kami cari di Google. Rombongan meminta agar tempat mereka menginap di Bali bukan di daerah Kuta, jadi hotel ini menjadi pilihan.

Selesai mengurus hotel untuk rombongan, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini yg dituju adalah daerah selatan, yakni Kuta. Disini saya dan Bram punya penginapan langganan. Tempatnya asri, tenang dan jauh dari hingar bingar daerah Poppies, walaupun lokasinya hanya berjarak beberapa menit dari Kuta Square.

Berniat hanya berganti pakaian dan sedikit beres-beres, ternyata kondisi tubuh kami memberontak. Tertidurlah kami sampai keesokan harinya. Rencana kami malam itu yaitu mengecek tempat makan malam di Jimbaran akhirnya batal. Konsekuensinya esok harinya kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk melanjutkan perjalanan.

Suasana tempat makan di Jimbaran

Rute yang kami tuju selanjutnya adalah Jimbaran, yang sempat tertunda semalam. Kami dihadapkan pada kenyataan yang rumit, karena keesokan harinya rombongan berangkat. Jadi besok, kami harus sudah ada di Surabaya, paling lambat siang hari, karena sorenya rombongan bakal berangkat, dan saya sendiri yang harus mendampingi mereka.

Akhirnya urusan di Jimbaran pun beres. Ibu manajer rumah makan di mana kami memesan tempat orangnya baik. Ia mempersilakan kami mengujicoba menu makanan yang kami pesan untuk rombongan.

Dalam hati saya berseru gembira, mungkin Bram juga, "Yes! Makan siang, gratis!".

Perut kenyang dan cukup istirahat di malam hari membuat saya dan Bram bersemangat menuju kawasan Bedugul. Sepagian kami memang belum makan, karena di kejar deadline.

Nih, makan siang fantastisnya! :)
Oiya, saya baru menyadari saat beberapa waktu yang lalu nonton film Perahu Kertas 2, lokasi Remy memberi cincin kepada Kugy adalah rumah makan yang memberi kami tester menu untuk makan siang waktu itu. Jelas skali terlihat neon box nama restoran itu.

Bedugul.

Kami cukup bersemangat melanjutkan perjalanan ke Bedugul. Udara yang sejuk, track yang berliku-liku, membuat saya senang.

Entahlah, saya selalu suka mengendarai motor di track berliku menuju dataran yg lebih tinggi.

Danau Beratan, tempat kami memesan tempat untuk makan siang rombongan yang menjadi satu dengan objek wisata membuat kami bisa sedikit menikmati perjalanan itu. Suasana danau yang tenang membuat hati saya jadi sejuk.

'Miniatur' pura di danau

Puas dengan Danau Beratan, Kebun Raya Bedugul adalah tujuan selanjutnya. Tiba di kawasan Kebun Raya kami disambut oleh hamparan lahan tanam stroberi yang seolah-olah memberikan isyarat agar kami mendekat.

Entrance Kebun Raya Bedugul

Mendekatlah kami, ternyata lahan stroberi itu sedang dalam masa produksi, jadi kami tidak diperbolehkan masuk. Namun bukan Bram namanya kalau tidak bisa membujuk.

Sedikit mengobrol sana-sini dan desakan saya, yang bertekad apapun yang terjadi, kami harus mencicipi stroberi itu, akhirnya si empunya lahan pun luluh. Kami boleh mencicipi beberapa stroberi yang sudah matang.

Bram dengan stroberinya
Saya dengan stroberi saya

Setelah hampir satu jam panen stroberi gratis, akhirnya kami kembali ke surabaya karena urusan di Bali sudah selesai. Rute perjalanan pulang sedikit di rubah, yang awalnya dari Bedugul kembali lagi ke Denpasar, akhirnya kami memutuskan untuk mempuh jalur utara.

Jalur utara itu menembus pegunungan. Namun, demi menghemat waktu dan tenaga, kami menempuh rute yang sedikit mencemaskan itu. Menembus jalur pegunungan saat malam hari tidak direkomendasikan bagi pengendara roda dua. Tapi ancaman deadline memaksa kami melakukannya.

Ketemu rombongan upacara adat, di Singaraja waktu perjalanan pulang

Kira-kira jam 10 malam kami sudah sampai di Gilimanuk untuk menyeberang lagi..
Kami sepertinya berjodoh dengan ferry yang sama, yang mengantarkan kami saat berangkat. Jadi istirahat di ruang AC yang sama menjadi momen terindah waktu itu.

Akhirnya, Pulau Jawa!
Kendaraan kami menginjakkan rodanya lagi di pulau satu ini.
Perjalanan selanjutnya kami jarang berhenti, hanya sekali saja di Pasir Putih, Situbondo. Maksud hati cuma mau makan malam saja, tapi setelah makan malah ngantuk. Akhirnya kami numpang tidur di warung itu, sampai warungnya tutup. Huehehe

Sekitar jam dua pagi, kami melanjutkan perjalanan lagi. Empat jam kemudian akhirnya sampai di Surabaya. Satu-satunya tempat yg ingin saya tuju saat itu adalah kamar kos.

Setelah sampai rumah kos, saya langsung tidur, karena sorenya harus berangkat lagi sendirian mendampingi rombongan "Melali ke Bali".

Jadi, itulah perjalanan 54 jam saya di Pulau Bali. Hehe

Sampai jumpa di postingan selanjutnya! :)

Friday, October 12, 2012

Trowulan, Majapahit


Perjalanan kali ini terjadi sekitar pertengahan tahun lalu waktu mendampingi rombongan dari salah satu universitas negeri dari surabaya ke kota Mojokerto.

Jadi ceritanya adalah, beberapa saat yg lalu saya dan temen-temen bikin tours organizer kecil-kecilan. Motivasinya cuman satu, jalan-jalan gratis!

Karena temen-temen se-geng pada suka jalan-jalan, tapi karena waktu itu jabatan kita mahasiswa, jadi masalah dana harus dipikirin bener-bener, untuk backpacking sekalipun, dan akhirnya ide ini keluar.
Jalan-jalan gratis yg malah dapet duit. Hehe

Kembali ke Mojokerto.

Perjalanan ke Mojokerto kali itu sebenernya adalah sekedar menemani, sebagai perwakilan kehadiran dari TO (tours organizer) yg kami bikin sendiri, karena deal  paket yg di setujui cuman ada di kendaraan aja.

Rute perjalanan kali ini adalah ngeliat situs-situs purbakala di mojokerto, karena universitas yg saya dampingin itu kedatangan tamu dari mancanegara. Inti perjalanan ini adalah nunjukin situs-situs purbakala yg ada, ke para tamu.

Candi Wringin Lawang

Candi Wringin Lawang ini diyakini sebagai gapura pintu masuk ke ibukota Majapahit, namun sampai saat ini masih belum bisa dipastikan apakah ini pintu masuk ke daerah keraton atau hanyalah sebagai pintu masuk ke sebuah kompleks bangunan lain.

Bertipe candi bentar yg berarti gapura tanpa atap. Terbuat dari batu bata merah dengan ukuran tinggi keseluruhan bangunan 15.50 meter dan menghadap arah timur barat.

Candi Brahu

Candi yg satu ini merupakan satu-satunya bangunan suci yg masih tersisa utuh dari kawasan Bejijong. Dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat dilakukannya upacara kremasi empat raja pertama Majapahit, walaupun dugaan tersebut masih sulit dibuktikan.

Candi Tikus

Dinamakan Candi Tikus karena waktu ditemukan pada tahun 1914, tempat ini menjadi sarang tikus. Situs ini sebenarnya adalah kolam pemandian ritual (petirtaan). Sempat dipugar pada tahun 1985 dan 1989. Struktur utama yg menonjol dari sisi selatan diyakini mengambil dari bentuk gunung legendaris Mahameru.

Pintu masuk Maha Vihara Majapahit
Patung Budha Tidur

Salah satu hal yg menarik di tempat ini adalah patung Budha Tidur ini, saya sendiri tidak mengira bahwa ada patung seperti ini di Indonesia. Terletak di dalam komplek Maha Vihara Majapahit, Bejijong, Trowulan, Mojokerto.

Mungkin tidak banyak yg tahu kalo patung ini merupakan yg terbesar di Indonesia, dan di klaim terbesar ketiga selain Thailand dan Nepal. Patung yg memiliki panjang 22 meter, dengan lebar 6 meter dan tinggi 4.5 meter ini pada tahun 2001 masuk dalam buku catatan MURI.

Sebagai catatan, Maha Vihara ini terbuka untuk siapa saja yg ingin berkunjung. Bukan hanya sebagai tempat ibadah umat Budha, tetapi juga sebagai objek wisata yg biasa di kunjungi berbagai kalangan. Biasanya ramai di kunjungi ketika tanggal merah atau waktu lebaran. 

Bule and the kids! :))
Satu lagi yg menarik, waktu rombongan sampai di kompleks Museum Trowulan, kami dicegat oleh satu kompi pasukan cilik yg kebetulan sedang berada di tempat mendahului kami. Para pasukan cilik ini antusias sekali karena tahu yg keluar dari bus adalah orang-orang bule, orang-orang yg mungkin selama ini hanya mereka lihat dari layar televisi saja. Jadinya, mereka langsung nodong untuk minta foto, nggak cuma pasukannya, para komandan (para ibu guru) juga ikut memprovokasi hal ini.

Dalam perjalanan kali ini saya merasa takjub, bahwa ada sisi lain dari negeri ini yg bahkan wisatawan mancanegara pun bisa sangat tertarik dan bahkan mereka menghargai, tetapi untuk para pribumi hal-hal seperti ini terkesan dikesampingkan. Terlihat dari antusias para bule-bule ini waktu mereka mendatangi tempat-tempat diatas.

Terus terang, saya menyukai sejarah. Mengunjungi tempat-tempat di atas membuat saya kembali ke masa lalu, membayangkan kemegahan kerajaan Majapahit yg konon katanya waktu itu sanggup menguasai area Asia Tenggara secara keseluruhan. 

Petualangan kali ini membuat saya berimajinasi, membayangkan, mereka-reka, bahkan terkadang tiba-tiba tersenyum sendiri seketika seperti memasuki dimensi yg lain, dimensi yg berbeda, kembali ke masa lalu ketika semua ini berawal.

Sampai jumpa di petualangan berikutnya! :)

Tuesday, October 2, 2012

Lovable Lovina

Saya selalu menyukai perjalanan ke Pulau Bali. Bali selalu jadi favorit. Tujuan kali ini adalah Bali daerah utara. Lovina. Sebenernya saya kemari atas undangan salah satu sahabat.

suatu pagi di utara lovina

Selain keadaan kota yg enggak seramai Kuta, Lovina menawarkan wisata laut yg lain, yaitu melihat lumba-lumba.

Tentang lumba-lumba, awalnya saya excited sekali karena terakhir kali dekat sama mamalia laut yg satu ini jaman masih kecil, jaman sirkus lumba-lumba masih populer. Iya, setelah tau apa yg mereka lakukan pada si lumba-lumba, banyak yg memprotes keberadaan sirkus ini.

awesome. can you just believe it? 

Perbandingan banyaknya perahu yg 'berburu' lumba-lumba pagi itu sedikit membuat saya berpikir. Karena tiap kali mamalia ini menunjukkan dirinya ke permukaan, sekitar 20 perahu nelayan yg mengangkut turis lokal maupun mancanegara juga berebut buat mendekatinya.

Well, saya termasuk salah satu di antara mereka sih, saya sediki merasa bersalah sebenernya..

penantian 3 jam untuk pose ini :)

Selain di lovina, saya menyempatkan diri main-main ke bedugul. Disini nyicipin makanan. Nggak otentik sih, soalnya saya pesennya pizza. Adanya itu sih, dan juga ini di tengah kebun stroberi. Absurd kan, di tengah kebun stroberi malah makan pizza. Iya, waktu itu lagi random (baca : lapar).

Homemade Balinese Pizza

Nggak 'Bali' sih, tapi oke lah..


Tapi mereka tetep looks tasty kan?

Well, makan pizza di atas bukit, dibawahnya kebun stroberi, sambil mengenang perjalanan-perjalanan yg udah di lewati. Yep, super random.

Sedikit saran buat temen-temen yg mau ngeliat lumba-lumba, coba langsung cari nelayan yg mau nganterin. Mereka biasanya aktif kok nawarin turis asing ato yg lokal. Soalnya kalo kalian ikut paketan dari hotel, biasanya lebih mahal, dan bahkan kalo misalnya ikut sama bapak nelayan langsung. Kalian kalo lagi hoki, diajakin si bapak nelayan ke spot main snorkling. Tentunya bayarnya juga nambah. Hehe

A Quick Getaway


"When motion tells more than just a still.."

2 hari 1 malam di pulau sempu.

Setelah beberapa saat yg lalu denger banyak cerita tentang keindahan Pulau Sempu, akhirnya saya memijakkan kaki juga disana. Berjarak sekitar 2-3 jam dari Kota Malang dengan kendaraan roda empat. Melewati gunung dan perbukitan.

Jadi Sempu itu adalah sebuah pulau di selatan Pulau Jawa yg kalau jaraknya ke Australia cuman 2 minggu perjalanan laut, kata bapak-bapak nelayan disitu.

Pulau Sempu berhadapan sama semacam pemukiman nelayan, yg nama daerahnya Sendang Biru.

Saran saya buat temen-temen yg belum pernah ke pulau sempu, sewa guide aja di pos perijinan di Sendang Biru. soalnya waktu kalian ijin bakal di tanyain apa udah pernah ke pulau sempu belum.

Sebenernya tujuan jelajah pulau sempu itu ke sebuah tempat berpasir yg bisa di bilang semi-pantai -menurut saya- yg di sebut segara anakan.

Segara Anakan itu sendiri seperti pantai kecil yg tersembunyi. Di bagian akhir video kalian bakal lihat, itu yg namanya Segara Anakan.

Oiya untuk nyebrang ke pulau sempu dari sendang biru, temen-temen bisa sewa kapal nelayan, nanti jangan lupa mintain nomer hapenya si bapak nelayan, atau janjian besoknya di jemput jam berapa waktu pulang. jangan sampai lupa, soalnya itu penting banget, kalo kalian nggak nyatet nomer si bapak ato nggak janjian, kalian nggak bakal bisa balik pulang.

segara anakan
Bisa sih, tapi nunggu ada rombongan lain yg balik pulang juga. Jadi kalian numpang, itu pun kalo masih ada tempat.

Pendapat saya tentang tempat ini, saya takjub sama keberadaannya yg tersembunyi. Di tempat seperti itu ada pasir putih yg menyenangkan. Toh walaupun begitu saya nggak begitu puas, I'm not a big fan of a water-place. Meskipun tetep, cita-cita ke tempat macam raja ampat, wakatobi, bunaken selalu menggoyahkan iman. Hehe. Saya pecinta pegunungan. :D

samudera hindia
So far yg seru adalah perjalanannya. Kalian lihat sendiri kan di video kalau perjalanan kakinya di tengah hutan. 3 jam tracking kalo saya nggak salah ingat, dan waktu tracking pulang, hujan gerimis menemani tracking kami.

nb:

Biaya-biaya :
- Sewa kapal PP : Rp 100.000
- Administrasi perijinan : seikhlasnya (saya waktu itu ngasih 20.000an sama temen-temen)
- Pintu masuk sendang biru : Rp 3000-5000an per orang (saya sedikit lupa, murah kok kawan, jgn sampe ditawar, jgn sampe nggak bayar yaa, itung-itung bantu melestarikan alam negara kita)
- Sewa guide : Rp 50.000

Monday, October 1, 2012

Hei, travellers!

Oke, halo semua..

Kalian bisa panggil saya Adit.

Jadi ini blog saya tentang pengalaman saya berkeliling. Mungkin beberapa postingan di blog ini bakal saya ambil dari blog saya sebelumnya yg campur aduk, kertasburem.

Intinya adalah saya ingin membedakan cerita tentang perjalanan saya dengan kehidupan sehari-hari, jadi saya memutuskan untuk membuat blog sendiri tentang kegiatan saya berkeliling.

Di Ransel Keliling ini saya bakal banyak menulis tentang perjalanan saya mengelilingi Indonesia, dan (nantinya) dunia.. :)

Saya masih baru berjalan beberapa langkah, jadi jangan disamakan sama para bloger-traveler hebat yg lain yaa.. Hehe

Oiya, saya juga suka motret, jadi jangan heran nanti bakal banyak foto-foto yg nggak penting disini. :D

Cukup sekian deskripsi singkat tentang tulisan pembuka ini yaa.. Selanjutnya kalian baca aja dari cerita-ceritaku.. :)

pamer bokong di Bedugul.. :))

Yap! That's me.. Tenang, jangan takut. Endak nggigit kok. Orangnya pendiem, tapi baik :P