Sunday, October 14, 2012

Bali in 54 hours

Suatu siang di Jimbaran

Perjalanan saya ke pulau Bali kali ini terjadi di tahun 2011, dengan mengendarai sepeda motor dari Surabaya. Memang ini bukan pertama kalinya bagi sayaNamun, pengalaman ini menjadi menarik karena   saya berada di Bali hanya dalam waktu 54 jam, bersama teman saya, Bram. 


Banyak hal yang berkesan bagi saya di balik pengalaman ini sebenarnya yang akan saya ceritakan disini..


Jadi, tours organizer kecil-kecilan yang saya bikin bersama teman-teman yang pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya dapat kerjaan lagi. Kali ini, klien kami adalah mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh November.

Meet Tigi!
Foto diambil taun 2012 di Tawangmangu
Seperti biasa, mahasiswa selalu menggunakan prinsip ekonomi dengan tingkat efisiensi tinggi, sekalipun mereka 'jurusan bengkel', yaitu pengorbanan sekecil-kecilnya, dengan manfaat sebesar-besarnya. No offense guys.. :D

Karena kami TO yang fleksibel, kami berusaha sebisa mungkin memenuhi apa mau mereka, jadilah kesepakatan tentang tujuan dan lain-lain baru bisa di sepakati pada H-14. Terus terang bagi kami itu waktu yang singkat, apalagi anggota di TO kami hanya empat orang.

Saat itu, keadaan sedikit tidak memungkinkan. Dari semua personel yg cuma bisa berangkat mendampingi mereka di hari H cuma saya. Padahal, untuk saat-saat seperti ini kami butuh minimal dua orang untuk mendampingi mahasiswa yang nggak mau rugi tadi itu.

Alhasil, karena deal yang mepet, kami jadi nggak punya banyak waktu untuk survei tempat. Sempat terpikir untuk gambling tanpa survei. Soalnya keadaan waktu itu complicated sekali. Beberapa anggota lain sedang sibuk mengurus skripsinya, karena mereka adalah mahasiswa tingkat akhir. Beda dengan saya yang waktu itu baru mahasiswa semester pertengahan.

Jimbaran. Pinggir pantai sob.. :p
Singkat cerita, survei akhirnya sepakat di lakukan pada H-3 keberangkatan. Dengan waktu yang mepet dan kenekadan, akhirnya kami berangkat survei. Waktunya agak sedikit molor karena malam sebelumnya Bram nggak tidur karena mengerjakan skripsinya yang agak bermasalah. Saya juga baru pulang kerja part-time. Akhirnya, survei mundur sehari.

Akhirnya kami berangkat pagi berikutnya. Kami memilih kendaraan roda dua untuk menjelajahi Pulau Dewata. Memang ini bukan perjalanan saya yang pertama menuju Pulau Dewata dengan dua roda. Pertimbangannya karena bisa menghemat waktu dan mobilitas tinggi, sebab tujuan yang dituju hampir mencakup 70 persen wilayah Pulau Dewata.

Pada pukul 03.00 kami berangkat dari Surabaya. Akibat kondisi badan kami yang memang tidak benar-benar fit, di daerah Pasuruan kami memutuskan untuk berhenti. Selain untuk sholat subuh, juga istirahat sebentar. Dua jam memejamkan mata ternyata cukup memberi tenaga bagi kami untuk terus melanjutkan survei sampai daerah Paiton.

Kami berhenti sebentar di salah satu rumah makan yang lusa bakal dipersiapkan untuk lokasi makan malam rombongan sebelum menyeberang ke Bali. Kami mengurus administrasi dan lain-lain, kemudian melanjutkan perjalanan.

Sampai di Ketapang, beruntungnya kami nggak harus mengantri. Langsung saja masuk ke dek ferry seperti biasa, dan mencari tempat duduk di lantai atas. Dewi Fortuna masih berpihak, ferry yg kami naiki ternyata ada fasilitas ruangan ber-AC, yang tentunya nggak kami sia-siakan begitu saja.

Kalau nggak salah jam 12 kami berlabuh di Gilimanuk, lalu berhenti sejenak menyempatkan diri menghadap Bos Jagad Raya. Setelah itu kami memacu Tigi (rekan seperjalanan yang kami tumpangi) sampai Denpasar.

Sekitar jam 3 kami sampai di Denpasar. Kami langsung mencari hotel yang sebelumnya sudah kami cari di Google. Rombongan meminta agar tempat mereka menginap di Bali bukan di daerah Kuta, jadi hotel ini menjadi pilihan.

Selesai mengurus hotel untuk rombongan, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini yg dituju adalah daerah selatan, yakni Kuta. Disini saya dan Bram punya penginapan langganan. Tempatnya asri, tenang dan jauh dari hingar bingar daerah Poppies, walaupun lokasinya hanya berjarak beberapa menit dari Kuta Square.

Berniat hanya berganti pakaian dan sedikit beres-beres, ternyata kondisi tubuh kami memberontak. Tertidurlah kami sampai keesokan harinya. Rencana kami malam itu yaitu mengecek tempat makan malam di Jimbaran akhirnya batal. Konsekuensinya esok harinya kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk melanjutkan perjalanan.

Suasana tempat makan di Jimbaran

Rute yang kami tuju selanjutnya adalah Jimbaran, yang sempat tertunda semalam. Kami dihadapkan pada kenyataan yang rumit, karena keesokan harinya rombongan berangkat. Jadi besok, kami harus sudah ada di Surabaya, paling lambat siang hari, karena sorenya rombongan bakal berangkat, dan saya sendiri yang harus mendampingi mereka.

Akhirnya urusan di Jimbaran pun beres. Ibu manajer rumah makan di mana kami memesan tempat orangnya baik. Ia mempersilakan kami mengujicoba menu makanan yang kami pesan untuk rombongan.

Dalam hati saya berseru gembira, mungkin Bram juga, "Yes! Makan siang, gratis!".

Perut kenyang dan cukup istirahat di malam hari membuat saya dan Bram bersemangat menuju kawasan Bedugul. Sepagian kami memang belum makan, karena di kejar deadline.

Nih, makan siang fantastisnya! :)
Oiya, saya baru menyadari saat beberapa waktu yang lalu nonton film Perahu Kertas 2, lokasi Remy memberi cincin kepada Kugy adalah rumah makan yang memberi kami tester menu untuk makan siang waktu itu. Jelas skali terlihat neon box nama restoran itu.

Bedugul.

Kami cukup bersemangat melanjutkan perjalanan ke Bedugul. Udara yang sejuk, track yang berliku-liku, membuat saya senang.

Entahlah, saya selalu suka mengendarai motor di track berliku menuju dataran yg lebih tinggi.

Danau Beratan, tempat kami memesan tempat untuk makan siang rombongan yang menjadi satu dengan objek wisata membuat kami bisa sedikit menikmati perjalanan itu. Suasana danau yang tenang membuat hati saya jadi sejuk.

'Miniatur' pura di danau

Puas dengan Danau Beratan, Kebun Raya Bedugul adalah tujuan selanjutnya. Tiba di kawasan Kebun Raya kami disambut oleh hamparan lahan tanam stroberi yang seolah-olah memberikan isyarat agar kami mendekat.

Entrance Kebun Raya Bedugul

Mendekatlah kami, ternyata lahan stroberi itu sedang dalam masa produksi, jadi kami tidak diperbolehkan masuk. Namun bukan Bram namanya kalau tidak bisa membujuk.

Sedikit mengobrol sana-sini dan desakan saya, yang bertekad apapun yang terjadi, kami harus mencicipi stroberi itu, akhirnya si empunya lahan pun luluh. Kami boleh mencicipi beberapa stroberi yang sudah matang.

Bram dengan stroberinya
Saya dengan stroberi saya

Setelah hampir satu jam panen stroberi gratis, akhirnya kami kembali ke surabaya karena urusan di Bali sudah selesai. Rute perjalanan pulang sedikit di rubah, yang awalnya dari Bedugul kembali lagi ke Denpasar, akhirnya kami memutuskan untuk mempuh jalur utara.

Jalur utara itu menembus pegunungan. Namun, demi menghemat waktu dan tenaga, kami menempuh rute yang sedikit mencemaskan itu. Menembus jalur pegunungan saat malam hari tidak direkomendasikan bagi pengendara roda dua. Tapi ancaman deadline memaksa kami melakukannya.

Ketemu rombongan upacara adat, di Singaraja waktu perjalanan pulang

Kira-kira jam 10 malam kami sudah sampai di Gilimanuk untuk menyeberang lagi..
Kami sepertinya berjodoh dengan ferry yang sama, yang mengantarkan kami saat berangkat. Jadi istirahat di ruang AC yang sama menjadi momen terindah waktu itu.

Akhirnya, Pulau Jawa!
Kendaraan kami menginjakkan rodanya lagi di pulau satu ini.
Perjalanan selanjutnya kami jarang berhenti, hanya sekali saja di Pasir Putih, Situbondo. Maksud hati cuma mau makan malam saja, tapi setelah makan malah ngantuk. Akhirnya kami numpang tidur di warung itu, sampai warungnya tutup. Huehehe

Sekitar jam dua pagi, kami melanjutkan perjalanan lagi. Empat jam kemudian akhirnya sampai di Surabaya. Satu-satunya tempat yg ingin saya tuju saat itu adalah kamar kos.

Setelah sampai rumah kos, saya langsung tidur, karena sorenya harus berangkat lagi sendirian mendampingi rombongan "Melali ke Bali".

Jadi, itulah perjalanan 54 jam saya di Pulau Bali. Hehe

Sampai jumpa di postingan selanjutnya! :)

Friday, October 12, 2012

Trowulan, Majapahit


Perjalanan kali ini terjadi sekitar pertengahan tahun lalu waktu mendampingi rombongan dari salah satu universitas negeri dari surabaya ke kota Mojokerto.

Jadi ceritanya adalah, beberapa saat yg lalu saya dan temen-temen bikin tours organizer kecil-kecilan. Motivasinya cuman satu, jalan-jalan gratis!

Karena temen-temen se-geng pada suka jalan-jalan, tapi karena waktu itu jabatan kita mahasiswa, jadi masalah dana harus dipikirin bener-bener, untuk backpacking sekalipun, dan akhirnya ide ini keluar.
Jalan-jalan gratis yg malah dapet duit. Hehe

Kembali ke Mojokerto.

Perjalanan ke Mojokerto kali itu sebenernya adalah sekedar menemani, sebagai perwakilan kehadiran dari TO (tours organizer) yg kami bikin sendiri, karena deal  paket yg di setujui cuman ada di kendaraan aja.

Rute perjalanan kali ini adalah ngeliat situs-situs purbakala di mojokerto, karena universitas yg saya dampingin itu kedatangan tamu dari mancanegara. Inti perjalanan ini adalah nunjukin situs-situs purbakala yg ada, ke para tamu.

Candi Wringin Lawang

Candi Wringin Lawang ini diyakini sebagai gapura pintu masuk ke ibukota Majapahit, namun sampai saat ini masih belum bisa dipastikan apakah ini pintu masuk ke daerah keraton atau hanyalah sebagai pintu masuk ke sebuah kompleks bangunan lain.

Bertipe candi bentar yg berarti gapura tanpa atap. Terbuat dari batu bata merah dengan ukuran tinggi keseluruhan bangunan 15.50 meter dan menghadap arah timur barat.

Candi Brahu

Candi yg satu ini merupakan satu-satunya bangunan suci yg masih tersisa utuh dari kawasan Bejijong. Dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat dilakukannya upacara kremasi empat raja pertama Majapahit, walaupun dugaan tersebut masih sulit dibuktikan.

Candi Tikus

Dinamakan Candi Tikus karena waktu ditemukan pada tahun 1914, tempat ini menjadi sarang tikus. Situs ini sebenarnya adalah kolam pemandian ritual (petirtaan). Sempat dipugar pada tahun 1985 dan 1989. Struktur utama yg menonjol dari sisi selatan diyakini mengambil dari bentuk gunung legendaris Mahameru.

Pintu masuk Maha Vihara Majapahit
Patung Budha Tidur

Salah satu hal yg menarik di tempat ini adalah patung Budha Tidur ini, saya sendiri tidak mengira bahwa ada patung seperti ini di Indonesia. Terletak di dalam komplek Maha Vihara Majapahit, Bejijong, Trowulan, Mojokerto.

Mungkin tidak banyak yg tahu kalo patung ini merupakan yg terbesar di Indonesia, dan di klaim terbesar ketiga selain Thailand dan Nepal. Patung yg memiliki panjang 22 meter, dengan lebar 6 meter dan tinggi 4.5 meter ini pada tahun 2001 masuk dalam buku catatan MURI.

Sebagai catatan, Maha Vihara ini terbuka untuk siapa saja yg ingin berkunjung. Bukan hanya sebagai tempat ibadah umat Budha, tetapi juga sebagai objek wisata yg biasa di kunjungi berbagai kalangan. Biasanya ramai di kunjungi ketika tanggal merah atau waktu lebaran. 

Bule and the kids! :))
Satu lagi yg menarik, waktu rombongan sampai di kompleks Museum Trowulan, kami dicegat oleh satu kompi pasukan cilik yg kebetulan sedang berada di tempat mendahului kami. Para pasukan cilik ini antusias sekali karena tahu yg keluar dari bus adalah orang-orang bule, orang-orang yg mungkin selama ini hanya mereka lihat dari layar televisi saja. Jadinya, mereka langsung nodong untuk minta foto, nggak cuma pasukannya, para komandan (para ibu guru) juga ikut memprovokasi hal ini.

Dalam perjalanan kali ini saya merasa takjub, bahwa ada sisi lain dari negeri ini yg bahkan wisatawan mancanegara pun bisa sangat tertarik dan bahkan mereka menghargai, tetapi untuk para pribumi hal-hal seperti ini terkesan dikesampingkan. Terlihat dari antusias para bule-bule ini waktu mereka mendatangi tempat-tempat diatas.

Terus terang, saya menyukai sejarah. Mengunjungi tempat-tempat di atas membuat saya kembali ke masa lalu, membayangkan kemegahan kerajaan Majapahit yg konon katanya waktu itu sanggup menguasai area Asia Tenggara secara keseluruhan. 

Petualangan kali ini membuat saya berimajinasi, membayangkan, mereka-reka, bahkan terkadang tiba-tiba tersenyum sendiri seketika seperti memasuki dimensi yg lain, dimensi yg berbeda, kembali ke masa lalu ketika semua ini berawal.

Sampai jumpa di petualangan berikutnya! :)

Tuesday, October 2, 2012

Lovable Lovina

Saya selalu menyukai perjalanan ke Pulau Bali. Bali selalu jadi favorit. Tujuan kali ini adalah Bali daerah utara. Lovina. Sebenernya saya kemari atas undangan salah satu sahabat.

suatu pagi di utara lovina

Selain keadaan kota yg enggak seramai Kuta, Lovina menawarkan wisata laut yg lain, yaitu melihat lumba-lumba.

Tentang lumba-lumba, awalnya saya excited sekali karena terakhir kali dekat sama mamalia laut yg satu ini jaman masih kecil, jaman sirkus lumba-lumba masih populer. Iya, setelah tau apa yg mereka lakukan pada si lumba-lumba, banyak yg memprotes keberadaan sirkus ini.

awesome. can you just believe it? 

Perbandingan banyaknya perahu yg 'berburu' lumba-lumba pagi itu sedikit membuat saya berpikir. Karena tiap kali mamalia ini menunjukkan dirinya ke permukaan, sekitar 20 perahu nelayan yg mengangkut turis lokal maupun mancanegara juga berebut buat mendekatinya.

Well, saya termasuk salah satu di antara mereka sih, saya sediki merasa bersalah sebenernya..

penantian 3 jam untuk pose ini :)

Selain di lovina, saya menyempatkan diri main-main ke bedugul. Disini nyicipin makanan. Nggak otentik sih, soalnya saya pesennya pizza. Adanya itu sih, dan juga ini di tengah kebun stroberi. Absurd kan, di tengah kebun stroberi malah makan pizza. Iya, waktu itu lagi random (baca : lapar).

Homemade Balinese Pizza

Nggak 'Bali' sih, tapi oke lah..


Tapi mereka tetep looks tasty kan?

Well, makan pizza di atas bukit, dibawahnya kebun stroberi, sambil mengenang perjalanan-perjalanan yg udah di lewati. Yep, super random.

Sedikit saran buat temen-temen yg mau ngeliat lumba-lumba, coba langsung cari nelayan yg mau nganterin. Mereka biasanya aktif kok nawarin turis asing ato yg lokal. Soalnya kalo kalian ikut paketan dari hotel, biasanya lebih mahal, dan bahkan kalo misalnya ikut sama bapak nelayan langsung. Kalian kalo lagi hoki, diajakin si bapak nelayan ke spot main snorkling. Tentunya bayarnya juga nambah. Hehe

A Quick Getaway


"When motion tells more than just a still.."

2 hari 1 malam di pulau sempu.

Setelah beberapa saat yg lalu denger banyak cerita tentang keindahan Pulau Sempu, akhirnya saya memijakkan kaki juga disana. Berjarak sekitar 2-3 jam dari Kota Malang dengan kendaraan roda empat. Melewati gunung dan perbukitan.

Jadi Sempu itu adalah sebuah pulau di selatan Pulau Jawa yg kalau jaraknya ke Australia cuman 2 minggu perjalanan laut, kata bapak-bapak nelayan disitu.

Pulau Sempu berhadapan sama semacam pemukiman nelayan, yg nama daerahnya Sendang Biru.

Saran saya buat temen-temen yg belum pernah ke pulau sempu, sewa guide aja di pos perijinan di Sendang Biru. soalnya waktu kalian ijin bakal di tanyain apa udah pernah ke pulau sempu belum.

Sebenernya tujuan jelajah pulau sempu itu ke sebuah tempat berpasir yg bisa di bilang semi-pantai -menurut saya- yg di sebut segara anakan.

Segara Anakan itu sendiri seperti pantai kecil yg tersembunyi. Di bagian akhir video kalian bakal lihat, itu yg namanya Segara Anakan.

Oiya untuk nyebrang ke pulau sempu dari sendang biru, temen-temen bisa sewa kapal nelayan, nanti jangan lupa mintain nomer hapenya si bapak nelayan, atau janjian besoknya di jemput jam berapa waktu pulang. jangan sampai lupa, soalnya itu penting banget, kalo kalian nggak nyatet nomer si bapak ato nggak janjian, kalian nggak bakal bisa balik pulang.

segara anakan
Bisa sih, tapi nunggu ada rombongan lain yg balik pulang juga. Jadi kalian numpang, itu pun kalo masih ada tempat.

Pendapat saya tentang tempat ini, saya takjub sama keberadaannya yg tersembunyi. Di tempat seperti itu ada pasir putih yg menyenangkan. Toh walaupun begitu saya nggak begitu puas, I'm not a big fan of a water-place. Meskipun tetep, cita-cita ke tempat macam raja ampat, wakatobi, bunaken selalu menggoyahkan iman. Hehe. Saya pecinta pegunungan. :D

samudera hindia
So far yg seru adalah perjalanannya. Kalian lihat sendiri kan di video kalau perjalanan kakinya di tengah hutan. 3 jam tracking kalo saya nggak salah ingat, dan waktu tracking pulang, hujan gerimis menemani tracking kami.

nb:

Biaya-biaya :
- Sewa kapal PP : Rp 100.000
- Administrasi perijinan : seikhlasnya (saya waktu itu ngasih 20.000an sama temen-temen)
- Pintu masuk sendang biru : Rp 3000-5000an per orang (saya sedikit lupa, murah kok kawan, jgn sampe ditawar, jgn sampe nggak bayar yaa, itung-itung bantu melestarikan alam negara kita)
- Sewa guide : Rp 50.000

Monday, October 1, 2012

Hei, travellers!

Oke, halo semua..

Kalian bisa panggil saya Adit.

Jadi ini blog saya tentang pengalaman saya berkeliling. Mungkin beberapa postingan di blog ini bakal saya ambil dari blog saya sebelumnya yg campur aduk, kertasburem.

Intinya adalah saya ingin membedakan cerita tentang perjalanan saya dengan kehidupan sehari-hari, jadi saya memutuskan untuk membuat blog sendiri tentang kegiatan saya berkeliling.

Di Ransel Keliling ini saya bakal banyak menulis tentang perjalanan saya mengelilingi Indonesia, dan (nantinya) dunia.. :)

Saya masih baru berjalan beberapa langkah, jadi jangan disamakan sama para bloger-traveler hebat yg lain yaa.. Hehe

Oiya, saya juga suka motret, jadi jangan heran nanti bakal banyak foto-foto yg nggak penting disini. :D

Cukup sekian deskripsi singkat tentang tulisan pembuka ini yaa.. Selanjutnya kalian baca aja dari cerita-ceritaku.. :)

pamer bokong di Bedugul.. :))

Yap! That's me.. Tenang, jangan takut. Endak nggigit kok. Orangnya pendiem, tapi baik :P