Thursday, November 29, 2012

Catatan Perjalanan : Semalam Di Perbatasan

Purnama yang enggan beranjak. Sarangan.
Februari 2012.

Malam itu di kampus biru. Institut Teknologi Sepuluh November. Mantan kampus saya yang penuh kenangan. Entah bagaimana awalnya saya bisa berada di kampus tersebut, malam itu.

Adalah Bram, sahabat saya bertualang yang waktu itu sedang gundah gulana -karena entah masalah apa, saya lupa-, dia secara tiba-tiba mengeluarkan sebuah kalimat.

"Bromo yuk!", kata Bram.
"Malam ini?", saya menimpali.
"Masa tahun depan..", ujarnya setengah sewot.
"Boleh.. Tapi, bosen ah. Em, Bali? Atau Bandung? Kita jenguk Amel!", saya memberi ide baru, sekalian mengunjungi teman masa SMA kami, yang lama tidak pulang karena sekarang kerja disana.
"Boleh sih, tapi entahlah, rasanya aneh. Ambil yang medium aja. Sarangan?? Kan ente belum pernah tuh", katanya sambil melontarkan tantangan balik.

Singkat kata, malam itu kami berangkat ke Danau Sarangan.

Setelah melengkapi perbekalan dan peralatan, berangkatlah kami memacu Tigi. Ya, Tigi selalu diandalkan mengarungi perjalanan impulsif kami di malam hari. Dengan perkiraan kami akan sampai dalam waktu 5 jam. Seingat saya kami berangkat pukul 11.00 malam.

Di tengah jalan, kami berhenti sejenak untuk mencari makan. Kami berdua berangkat dalam kondisi perut kosong. Jadilah kami berhenti di sebuah warung nasi pinggir jalan, warung ini sudah mendekati daerah tujuan.  Sembari kami menunggu makanan dimasak, tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak paruh baya yang menanyakan tujuan pada si pemilik warung. Beliau menanyakan arah tujuan.

Saya tidak begitu mengerti, intinya bapak itu menanyakan apakah benar jalan ini menuju ke arah barat. Sebenarnya beliau menyebutkan nama suatu tempat , saya lupa, yang saya ingat waktu itu, Bram ikut membantu bapak paruh baya tersebut untuk memberi petunjuk ke tempat yang dituju, karena dia tahu daerah itu.

Nah, satu hal yang membuat saya takjub adalah ketika Bram iseng-iseng bertanya kemana tujuan bapak itu. Dengan entengnya beliau menjawab akan menuju Pulau Sumatera. Sambil menata kembali konsentrasi saya, saya dengan spontan mengulangi apa yg dikatakan bapak tersebut, " Sumatera, pak?".

Beliau hanya tersenyum. Saya memandangi kendaraannya yang seadanya, sebuah motor bebek yang kalau tidak salah keluaran tahun 90an, dengan plat nomor belakang sedikit miring karena salah satu bautnya sudah hilang. Beliau yang hanya memakai jaket kulit, celana kain, dan sandal ala bapak-bapak yang amat sangat tidak mencerminkan outfit untuk menjelajahi jalanan. Jangankan antar pulau, antar kota pun tidak. Dandanan beliau hanya seperti ketika ingin pergi ke suatu tempat yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Tidak lama setelah bapak itu pergi, pesanan kami datang. Kami segera menghabiskan apa yang kami pesan, setelah itu bergegas melanjutkan perjalanan sebelum matahari menampakkan wujudnya, karena waktu itu kami bertekad menikmati munculnya matahari di dataran tinggi tempat danau itu berada.

Dua jam kemudian kami sampai di dataran tinggi tersebut. Memang bukan di danaunya, karena danau itu berada di tengah-tengah dinding-dinding pegunungan, jadi kami mencari spot yang asik untuk duduk dan memandangi matahari tersebut. Sewaktu kami sampai, bahkan kami masih bisa memandangi indahnya bulan purnama malam itu (foto di awal postingan adalah foto bulan ketika kami datang dan matahari belum nampak).

Sang surya menampakkan dirinya malu-malu.

Dan sampailah kami, menanti pertunjukkan pagi, kemunculan sang surya. Sejenak kami terdiam, menunggu penguasa siang menampakkan wajahnya.

Ketika pertunjukkan berakhir, kami melanjutkan perjalanan.

Akhirnya sampailah kami di tepi danau. Karena berniat untuk bermalam, kami segera mencari penginapan, karna memang datang dengan low budget, kami mencari tempat bermalam yang nyaman dan murah.

Kilatan senja yang menyambut ketika keluar dari pintu kamar.
Kami mendapatkan tempat menginap. Setelah beristirahat sejenak kami berencana untuk melanjutkan perjalanan.

Karena lokasi Sarangan berada di lereng Gunung Lawu yaitu perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan tidak jauh dari sini terdapat Air Terjun Grojogan Sewu.

Sisi impulsif kami muncul. Sempat terlintas untuk menyapa kota Solo yang tidak jauh dari tempat kami menginap. Bahkan sempat terpikir kami akan melanjutkan perjalanan ke kota Yogyakarta siang itu.

Setelah berganti pakaian kami berangkat. Kali ini kami memakai celana pendek dan kaos untuk menjelajahi provinsi sebelah.

Ya, ini lereng Gunung Lawu, dan tentunya tempatnya 'sejuk'. Bertandang ke lereng gunung dengan hanya bermodal celana pendek dan kaos saja tidak kami sarankan untuk teman-teman. Karena ternyata, di daerah lereng gunung terkadang terjadi fenomena alam yang datang tiba-tiba, yang biasa disebut hujan.

Untungnya hujan siang itu tidak terlalu deras, hanya gerimis, tetapi angin yang bertiup cukup membuat kami berdua berpelukan di atas motor dengan mesranya. Haha

Berpose di depan pintu masuk jalur pendakian Gunung Lawu.
Sesampainya di area Air Terjun Grojogan Sewu, kami harus menuruni beberapa anak tangga untuk mencapai air terjun tersebut. Air terjun setinggi 80 meter tersebut sedang ramai, meskipun bukan hari libur. Beberapa kumpulan anak muda sedang bermain-main disana, adapun beberapa keluarga yang siang itu sedang menikmati suasana air terjun sambil berfoto disana sini.

Bram dibawah guyuran Grojogan Sewu.
Saat itu saya tidak berani lebih dekat lagi, alasannya karena saya khawatir dengan kamera saya. Karena tidak weather sealed, jadi saya tetap menjaga jarak. Sempat saya mendekat, dan sedikit percikan air membasahi kamera saya, niatnya untuk mengambil pemandangan tersebut dalam slow speed, akan tetapi saya mengurungkan niat tersebut.

Selain karena banyaknya orang yang sedang bermain disana-sini, yang akan memenuhi frame saya dengan gambar-gambar mereka selagi mengambil gambar air terjun, saya khawatir akan terpeleset, karena waktu itu sepatu saya bukan sepatu trekking. Mau dilepas kok nanti ribet, jadinya ya saya pake aja.. Hehe

Satu jam lebih kami berada di air terjun tersebut. Setelah Bram puas bermain air demi menghilangkan gundah gulananya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Ketika hendak akan berjalan, hujan rintik kembali turun. Dan setelah pemikiran panjang, karena kami tidak membawa mantel hujan, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Merelakan Yogyakarta dan Solo untuk tidak kami singgahi hari ini. 

Pukul 4 sore kami sampai lagi di penginapan. Keadaan langit sore itu masih cerah, karena sedikit lelah saya memutuskan mengambil pemandangan Telaga Sarangan keesokan paginya.

Bram ber-levitasi.
Ditengah perjalanan pulang ke penginapan, ketika langit kembali cerah kami sempat beristirahat sejenak sambil memandangi hamparan sawah yang menenangkan.

Hamparan sawah dalam balutan miniature effect.
Alam hijau di tengah perjalanan kami kembali ke penginapan.
Keesokan paginya ketika hendak mengambil gambar danau, cuaca tidak bersahabat. Langit mendung, dan gelap, padahal sudah jam tujuh pagi. Saya menunggu sampai jam delapan, langit tak kunjung cerah, akhirnya saya memutuskan untuk pulang, tanpa harus mengabadikan danau tersebut. Dalam hati saya berkata, danau ini tidak akan kemana-mana. Saya akan kembali lagi nanti.

Setelah mengecek kondisi Tigi yang harusnya waktunya servis di bengkel dekat penginapan, kami melanjutkan perjalanan pulang. Berdoa agar Tigi baik-baik saja. :)

Bram dengan jurus 'ka-me-ha-me-ha'-nya.

Saya dan matahari dengan baju zirah andalan :p

Pemandangan siang hari di depan kamar penginapan.

Masih di depan kamar, dengan sedikit menoleh ke kanan.

Bram dengan background lukisan Sang Maha Pencipta.
NB:
Postingan ini hampir dua minggu mengendap di dalam draft, karena akhir-akhir ini lebih sibuk dengan tugas kuliah. Sore ini ketika saya tidak sengaja blogwalking ke tempat arma, dia lagi ngadain kuis karena blognya udah 2 tahun mengudara. Nah, tiba-tiba saya inget tentang postingan ini. Akhirnya saya lanjutkan dan saya ikutkan ke kuis tersebut. Iseng aja. Hehe
Buat temen-temen yang mau ikutan, coba langsung aja main ke tempat arma untuk ngecek lebih lanjut tentang kuis tersebut.

“Catatan Perjalanan: Popcorn’s 2nd Anniversary” 
Salah satu syarat wajib, harus masang banner ini :p

Wednesday, November 21, 2012

5cm Movie Trailer

Holaa!

Siang ini saya cuma mau quick update aja. Share ke temen-temen tentang trailer 5cm The Movie. Film yang di angkat dari novel best-seller karya mas Dhonny Dirgantoro.

The Poster.
- source -

Masih ingat sama Arial, Zafran, Ian, Genta, dan Riani? Tentunya para pembaca novel 5cm nggak bakalan lupa sama lima karakter diatas.

Sedikit cerita tentang pengalaman saya dengan novel ini..

Siang itu saya sedang ada di toko buku, sekitar jaman saya masih SMA, saya lihat novel ini di jajaran tumpukan novel berlabel best-seller. Saya bukan penikmat novel sebelumnya, akan tetapi waktu saya melihatnya, ntah apa yang menarik saya untuk mengambilnya dan membawanya pulang. Saya cuma berpikir, "Ah, novel ini ada di area best-seller, pasti bagus.", karena siang itu saya ke toko buku lagi kepingin cari sesuatu yang bisa di baca.

Singkat kata, setelah saya baca-baca dan saya menuntaskan satu novel yang menurut saya lumayan tebal, karena saya jaman-jaman itu masih bersahabat dengan komik, saya merasa novel ini 'cocok' dengan saya. Saya suka pemikiran dan jalan ceritanya, dan novel ini jugalah yang menginspirasi saya sampai sekarang. Mencintai Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Well, itu pendapat singkat saya tentang novel tersebut. Nah, saya seneng banget waktu denger kabar kalau novel ini mau di-film-kan. Pasti akan menggugah memori saya waktu jaman-jaman sekolah dahulu. Membayangkan apa yang diimajinasikan saat itu menjadi sebuah pertunjukkan nyata.

Satu hal yang saya harap, biasanya film-film berbasis novel akan mengalami sedikit perubahan. Semoga di film ini tidak mengalami banyak perubahan cerita dari novelnya. Karena jujur, ekspektasi saya tinggi sekali pada film ini. Semoga mas Rizal Mantovani nggak mengecewakan kami, para pembaca dan pencinta novel, mungkin juga untuk teman-teman pendaki yang juga suka dengan novel ini.

So, here we go..


Para pemain :
Fedi Nuril
Herjunot Ali
Igor 'Saykoji'
Denny Sumargo
Raline Shah
Pevita Pearce
Sutradara :
Rizal Mantovani
Film ini bakal diputer di bioskop di tanggal 12-12-2012. Tanggal bagus, ntah apa yg mendasari pemilihan tanggal tersebut. Apakah sekedar karena tanggal itu seragam? Ataukah ada maksud lain? Ah, saya tidak terlalu mempermasalahkannya, dan saya tidak terlalu peduli. :)

Monday, November 19, 2012

Mimpi Itu...

Sore ini hujan tiba-tiba menyapa saya di kota kelahiran. Saya sedang duduk di ruang tamu sambil ditemani secangkir kopi yang baru saja habis. Serbuan petrichor juga menambah suasana sore ini semakin romantis. Saya jadi ingat pacar saya.. Emm, maaf ya para jomblo. Haha *kalem*

Karena sedang tidak banyak pekerjaan, sore ini saya menghabiskan waktu dengan blogwalking sambil menelusuri beberapa travel blog teman-teman. Ketika sampai pada satu blog yang berjudul lostpacker, tiba-tiba saya sampai pada satu postingan tentang perjalanan yang punya blog jalan-jalan naik motor seorang diri.

Tigi in Memorial :')
Mengingatkan saya  tentang perjalanan-perjalanan saya dengan sahabat setia saya, Tigi, yang sudah beberapa bulan terakhir ini sudah tidak mendampingi saya lagi. Tigi adalah panggilan saya untuk motor kesayangan saya, Honda Tiger keluaran tahun 2009. Motor bermata sipit ini menjadi partner setia saya kemana-mana.

Pulau Bali, Magetan, Malang, Bromo, dan beberapa sudut lain Jawa Timur yang saya pernah singgahi tapi lupa. Hehe

Saya punya cita-cita, suatu saat nanti saya akan mengelilingi negeri ini dengan bersepeda. Rencana jangka pendek sih saya ingin Pulau Jawa dulu. Sudut-sudut Pulau Jawa yang tak terjamah, bakal saya jelajahi naik sepeda motor.

Anyway, ada yang pernah denger tentang Ring of Fire Adenture nggak?
The Ring of Fire Adventure adalah perjalanan seorang ayah dan anak-anaknya, di seluruh Indonesia pada misi untuk menampilkan keajaiban, keindahan, dan realitas negara yang kita sebut rumah. Ekspedisi kami dengan sepeda motor akan memungkinkan kita untuk menjelajahi hamparan tujuan wisata populer untuk mengungkapkan warna sejati Indonesia, mencapai dalam akar dari hutan hujan, benih-benih sawah, puncak gunung, tepi pantai, dan jantung desa dan menjadi satu dengan orang-orang. Kami berada di sebuah misi untuk mengeksplorasi Indonesia dari dalam ke luar. Terdiri dari 5 off-road sepeda motor dan 2 dukungan mobil yang dilengkapi dengan perangkat komunikasi dan teknologi satelit yang akan memfasilitasi percakapan antara kendaraan, navigasi sepanjang perjalanan, siaran serta hidup dan konferensi video pada perkembangan ekspedisi.  
- sumber -
Nah, itu deskripsi singkat tentang mereka. Saya kagum banget sama visi bapak Youk Tanzil, yang merasa bertanggung jawab sebelum masanya tiba untuk memberikan, meninggalkan, mewariskan tentang bangsanya pada anak-anaknya. Saya salut banget. Dibawah ini video perjalanan mereka pada Stage 2.

Video perjalanan mereka yang di upload di Vimeo

Satu hal lagi yang keren adalah, Mas Giri Prasetya turut serta dalam proses pembuatan video tersebut. Mas Giri adalah salah satu idola saya, orang yang meracuni saya untuk terjun di dunia videografi. Sebelumnya memang saya sudah berkutat dalam dunia Fotografi lebih dahulu. Temen-temen bisa search di google tentang kiprahnya di dunia videografi tentang Indonesia.

Dalam postingan awal blog ini ada beberapa video yang saya bikin sendiri, yang memang terinspirasi dari Mas Giri. Beliau yang bertanggung jawab telah meracuni dan memprovokasi saya secara tidak langsung. Saya selalu suka karya-karya beliau, selalu membuat saya iri dan membuat semangat berkarya.

Jadi sampai detik ini cita-cita itu masih ada, saya akan berkeliling Indonesia dengan kuda besi andalan menyusuri sudut-sudut negeri ini. Saya menyebutnya Bikepacking (istilah saya sendiri, ntah sudah ada yang menggunakannya atau belum). Doakan saja ya teman-teman! Amin. 

Kelak saya akan meracuni kalian untuk melakukan hal yang sama! Siap-siap ya menerima racun dari saya! :)

Sunday, November 18, 2012

Menyelam di Ibukota

Selamat pagi teman-teman traveler! :)
Long weekend kemana aja kalian? Kalau saya sedang di rumah saja. Sementara adik saya camping di pantai, pacar saya menghilang di gua. 

Awalnya memang direncanakan long weekend kali ini mau ke Karimun Jawa sama mantan temen-temen kerja. Tapi beberapa saat yang lalu ada kabar kalau di tanggal ini ombak lagi tinggi, jadinya semua tur kesana jadinya nggak pasti, jadinya nggak tentu. 

Nah.. Dongkolnya, kemarin saya cek di beberapa website Tour Organizer dari KJ, ternyata ada yang akhirnya ngadain trip long weekend ini. Jadi ya, saya gigit jari aja di rumah..

Anyway, pagi ini mau cerita tentang pengalaman saya Try Scuba Diving di Jakarta beberapa minggu yang lalu. Jadi, acara ini adalah mengenalkan orang-orang ke olahraga Scuba Diving. Sebenernya ini adalah acara rutin setiap sabtu dan minggu pagi yang diadakan minggu pertama dan ketiga setiap bulannya.

selebaran yang nempel di dinding :)
Menjembatani mahal dan ribetnya olahraga ini, dengan biaya yang menurut saya murah. Cuma dengan 150 ribu, sudah bisa pake BCD, regulator, dapet sewaan fin, google, tanki 200 bar, termasuk wetsuit dan lain-lain meskipun cuma di kolam renang aja. Untuk sewa alat aja, biasanya minimal butuh biaya 500 ribu-an lebih. Nah, jadi bisa dibayangkan kan, betapa baik hatinya para pencetus kegiatan ini? :D

Kegiatan ini diselenggarakan sama Global Dive Centre yang sepertinya mereka kerjasama bareng DiveMag Indonesia, karena waktu itu saya daftar lewat DiveMag via akun twitter mereka @divemag_indo. Actually, saya nitip daftar ke teman saya yang sedang ada di Jakarta, Bram.

Sebenernya saya udah lama kepengen banget diving, karena saya belum punya lisensi, dan sementara ini kalau ambil lisensi butuh waktu dan dana, sedangkan waktu dan dana belum bersahabat. Jadi, saya senang banget bisa ikut acara ini. Dan, saking semangatnya saya langsung nyambung sama semua kata instrukturnya.

Walaupun saya renangnya nggak jago-jago amat, bahkan bisa dibilang saya lupa cara berenang. Saya jarang sekali nyemplung kolam, jadi bisa dibilang saya nggak bisa berenang. Toh, tapi saya nekat aja. Karena di awal saya berkeyakinan, bisa diving nggak harus bisa berenang. Dan, 'prinsip' saya tersebut ternyata 'didukung' sama orang-orang Global Dive bahwa memang kalau diving nggak harus bisa berenang, akan tetapi alangkah baiknya kalau bisa. Jadi, saya nanti bakal belajar renang lagi, karena untuk mendukung kegiatan ini. Selain untuk skill  pribadi. Hehe. 

foto-foto selama ngikutin Try Scuba, yang motoin si Bram :)

Mencoba olahraga ini sebenarnya butuh mental yang kuat, yang cukup berani untuk ketenangan diri di dalam air. Seperti yang saya bilang diatas, saya nggak bisa renang, tapi saya nekat. Secara mental saya siap, karena memang ngebet banget nyobain.

Seperti kata instruktur saya waktu itu, Mas Rahman, intinya adalah ketenangan di dalam air dan nggak gampang panik. Waktu saya ngikutin kegiatan ini, saya bareng sama satu orang lagi, namanya Yana, dan setelah kenalan kami sedikit bercerita. Dia cerita kalau mau langsung ambil sertifikasi di Bali minggu depannya. Ya, pernyataannya membuat saya iri. Waktu dia nanya saya kapan, saya cuman nyengir aja. Si Yana ini juga kaget waktu saya bilang saya nggak bisa renang. Hehe.

Pada dasarnya kegiatan ini ngajarin basic tentang menyelam juga. Contohnya seperti pengetahuan dasar tentang alat-alat selam, cara memasang, cara membongkar, sedikit skill tentang bagaimana cara membersihkan google ketika di dalam air, isyarat tangan, dan lain-lain. Menurut saya sih, itu udah lebih dari cukup buat pengetahuan dasar untuk saya ambil sertifikasi nanti.

Saya sebenernya udah nafsu banget kepengen cepet-cepet sertifikasi, kemarin waktu 'test' beberapa underwater skill saya bisa. Hehe. Bukan nyombong sih, tapi, temen saya si Yana bahkan nggak berani nyoba waktu di suruh nyobain mask skill ( ngebersihin google yang beruap ). Intinya adalah yang harusnya ambil sertifikasi minggu depan itu saya. Saya! Harusnya saya! Hahaha *dilempar tank oxygen ama Yana, kalo dia baca*

pesan damai dari pinggir kolam :D
Jadi, buat temen-temen yang lagi ada di Jakarta dan kepengen nyobain kegiatan ini, silahkan langsung aja hubungin DiveMag Indonesia atau Global Dive buat daftar untuk ikutan acara ini. Saya jamin kegiatan ini adalah jawaban buat kalian-kalian yang masih belum punya cukup duit ( seperti saya ) untuk sertifikasi atau sudah punya duit tapi pengen nyobain dulu gimana sih rasanya menyelam pake alat selam lengkap, juga yang iseng-iseng nggak ada kegiatan di hari sabtu dan minggu pagi.

Oiya, acara ini diadain di Gedung Kolam Renang Senayan. Karena saya berdomisili di Surabaya, sekarang saya lagi cari apakah di Surabaya ada juga kegiatan kaya gini. Soalnya saya ketagihan, dan sambil nabung sebelum duit untuk sertifikasi kekumpul. Sertifikasi nggak murah, men! (untuk kantong mahasiswa semester akhir seperti saya) :p

Nah, saya mau nabung dulu sekalian berimajinasi nanti bakal bertemu Ikan Paus, Ikan Hiu, Ikan Pari, dan semua para penghuni-penghuni dasar laut Indonesia. Sebut saja Raja Ampat, Wakatobi, Bunaken, Bali, Lombok, dan sudut-sudut lain negeri ini yang memang bakal saya singgahi suatu hari nanti.

Beberapa Contact Person yang bisa dihubungi kalau temen-temen mau ikutan kegiatan ini juga :
- Twitter DiveMag Indo : @divemag_indo
- Email Global Dive : info_globaldive@yahoo.com 
- Nomer telepon dan Email marketing Global Dive
Mbak Jey 0899 9956 788 globaldivemarketing@yahoo.co.id